Breaking News

Ketulusan Faradj Martak Dalam Membantu Negara Yang Ia Cintai


Oleh: Hamid Nabhan

   Yusuf Muhammad Martak menunjukkan sebuah surat dengan ejaan lama yang ditulis   langsung oleh Presiden Soekarno, surat itu ditujukan kepada Faradj bin Said Awad Martak yang tak lain adalah paman dari Yusuf Muhammad Martak surat itu berbunyi

"Saja mengutjap banjak-banjak terima kasih atas kiriman madu Arab yang baik sekali buat Kesehatan saja. Karena saja menderita sedikit beri-beri,” tulis Bung Karno dalam surat tersebut.

   Melihat isi dari surat ini kita bisa mengukur kedalaman persahabatan antara Faradj Said Martak dengan presiden Soekarno, bahkan Faradj menganggap Soekarno sebagai bagian dari keluarganya,  tidak hanya memberikan madu Yaman yang sangat berharga bagi kesehatan, juga tercatat rumah Jalan Pegangsaan Timur no: 56 yang saat itu milik orang Belanda telah dibeli oleh Faradj Martak untuk diberikan kepada negara, melalui presiden Soekarno.  Di rumah inilah menjadi saksi sejarah sebagai tempat dibacakannya teks proklamasi 17 Agustus 1945.  Tidak hanya rumah jalan pegangsaan yang dihibahkan untuk negara yang ia cintai tapi juga sejumlah gedung yang berada di Jakarta, Termasuk pendirian dan pembanguan Al Ashar, salah satu inisiator berdirinya PMI Palang Merah Indonesia.

   Bukti-bukti ini diperkuat oleh secarik kertas yang resmi dikeluarkan oleh negara yang ditandatangani oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perhubungan Republik Indonesia, Ir. HM Sitompul.  Surat tertanggal 14 Agustus 1950 itu menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Faradj Bin Said Awad Martak.  

   Penghargaan itu diberikan kepada Faradj karena telah membantu Indonesia dalam usahanya membeli beberapa gedung di Jakarta, diantaranya rumah di Jalan Pegangsaan Timur no: 56, Cikini Jakarta, yang kini menjadi Jalan Proklamasi. 

   Tidak hanya gedung-gedung miliknya yang berada di Jakarta, bahkan sejumlah gedung yang berada di kota Semarang dan Jogjakarta.  Semua diberikan  dengan ikhlas tanpa mengharapkan apapun, hal ini karena rasa cintanya kepada bangsa dan negara Indonesia.

   Ada banyak cerita yang jarang diungkap ke publik hadiah sebuah mobil Mercy mewah berpintu 6 itupun ia berikan kepada Bung Karno sebagai bentuk cinta dan pengorbanan yang tulus untuk bangsa dan negara. 

   Yusuf Martak menegaskan bahwa keluarga Martak sebenarnya tidak berharap ataupun membutuhkan pengakuan, karena ini adalah kewajiban bagi kami untuk membantu negara yang kami cintai, kalaupun kisah ini kembali diungkap itu pun agar sejarah berbicara dengan jujur, tidak diputar balikkan, supaya anak cucu mengetahui sejarah yang sebenarnya.

(Red)

© Copyright 2022 - metroglobalnews.id