Breaking News

AHWAL


Oleh: Hamid Nabhan

  Dalam masyarakat keturunan Arab yang berada di kepulauan Nusantara seperti di pulau Jawa, mereka menyebut penduduk setempat, yaitu orang-orang Jawa dengan sebutan "Ahwal" Sebutan ini turun temurun dipakai dalam kehidupan sehari-hari sampai sekarang.  Sebutan ini bukanlah sebutan yang merendahkan tapi justru sebutan ini merupakan sebutan kehormatan, karena ahwal sendiri mempunyai arti saudara ibu atau saudara yang terlahir dari pihak ibu.  Mengingat hampir semua peranakan Arab yang datang ke Indonesia, mereka tidak membawa perempuan atau istri, dan ketika mereka datang ke kepulauan yang berada di Nusantara mereka mengawini perempuan-perempuan setempat yang melahirkan generasi-generasi berikutnya.  Maka dari itu mereka mengistilahkan penduduk setempat dengan sebutan 'ahwal' atau saudara dari ibu mereka. 

   Dalam sejarahnya banyak peranakan Arab di zaman kolonial dianggap momok bagi penjajah karena selalu menghasut untuk memberontak.  Kolonial Belanda dalam usahanya untuk mencegah dan menjauhkan keturunan Arab dengan penduduk setempat (ahwal) maka Belanda menempatkan peranakan Arab dalam strata yang lebih istimewa, yaitu di kelas dua bersama timur asing lainnya, sedang penduduk asli (ahwal) diletakkan di kelas terendah. 

   Rupanya cara ini tidak meredam mereka, justru sebagian besar dari peranakan Arab menolak, maka pada tanggal 4 Oktober 1934 pemuda keturunan Arab dari seluruh Nusantara berkumpul di Semarang untuk mewujudkan ikrar mereka dalam sumpah pemuda Indonesia keturunan Arab yang melahirkan 3 butir kesepakatan yaitu: 

  1.Tanah air peranakan Arab adalah Indonesia. 

  2. Karenanya mereka harus meninggalkan kehidupan sendiri. 

  3.  Peranakan Arab memenuhi kewajibannya terhadap tanah air dan bangsa Indonesia. 

   Dengan lahirnya sumpah pemuda 1934 ini otomatis strata peranakan Arab yang oleh Belanda ditempatkan di kelas dua, secara otomatis turun menjadi kelas tiga bersama pribumi.  Ini adalah tindakan nyata dan berani mengingat di tahun 1934 Belanda masih kuat bercokol di tanah air dan saat itu kita tidak bisa meraba kapan kemerdekaan itu akan datang, tapi mereka sudah berani menolak kelas-kelas dalam masyarakat yang diberikan oleh penjajah dan ingin berdekatan dengan saudaranya yang berasal dari pihak ibu (ahwal)  peranakan Arab saat itu menganut asas kewarganegaraan  'Ius Soli' dimana saya lahir, disitulah tanah airku* dan peranakan Arab merasa terlebih dahulu datang ke bumi Nusantara bahkan jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa yang menjajah kita. 

*Koran harian Mata Hari 1 Agustus 1934

© Copyright 2022 - metroglobalnews.id