Pelukis Syamdhuro, lewat goresan-goresannya membawa kita untuk memahami makna di mana sapi Madura bukan hanya sekadar hewan ternak, melainkan juga sebagai identitas budaya dan sumber kehidupan masyarakat Madura. Syamdhuro lewat karya-karyanya berhasil menghidupkan kembali ikon ini, lewat goresan realisme dan impresi yang matang ia bertutur dan menggiring para penikmat lukisannya bahwa sapi Madura bukan hanya sekadar hewan ternak, melainkan simbol-simbol yang bercerita tentang kekuatan, keindahan dan warisan budaya. Di balik karya-karya sapinya ini, terselip cerita tentang keragaman pulau Madura yang belum banyak terungkap.
Jika saya perhatikan pelukis Syamdhuro tidak hanya menggambar bentuk tetapi ia melukis esensi dengan sentuhan impresi yang menarik. Lama saya mengamati sebuah lukisannya yang ia beri judul 'Pasar Sabtoan' sebuah pasar sapi di Tanah Merah, Madura, yang hanya buka di hari sabtu. Lukisan berukuran 95cmX70cm yang ia lukis menggunakan bahan akrilik di atas kanvas. Lukisan tersebut menggambarkan aktivitas jual beli di pasar sapi yang ramai, dengan fokus beberapa sapi Madura yang berwarna coklat, di latar belakangnya memperlihatkan aktivitas jual beli dengan kerumunan orang dan bangunan sederhana seperti lapak atau kios.
Syamdhuro berhasil menyajikan sebuah lukisan realis dengan sentuhan impresif. Ia sajikan detail anatomi sapi dengan cermat, namun sapuan kuas yang terlihat pada latar belakang memberikan kesan dinamis dan hidup. Warna -warna coklat yang mendominasi lukisan ini menjadikan kesan hangat dan alami, yang ia padukan dengan warna hijau pepohonan dan birunya langit dari kejauhan memberikan kontras yang menyegarkan. Dalam hal komposisi lukisan ini cukup padat, dengan sapi-sapi yang mengisi sebagian ruang.
Kerumunan orang di latar belakang memberikan kesan kedalaman dan suasana pasar yang sibuk. Sinar matahari tampak menyinari sapi-sapi dibagian depan, menciptakan efek bayangan yang menambah dimensi pada lukisan 'Pasar Sabtoan'. Ekspresi wajah para pedagang dan gestur mereka juga ditangkap dengan baik, ini memberikan kesan aktivitas dalam kehidupan nyata, jika kita perhatikan obyek-obyek dalam lukisan ini tidak hanya menampilkan bentuk fisik sapi, tetapi juga ekspresi, emosi, serta interaksi antara sapi dan manusia. Jika kita lebih jeli mengamati kita akan melihat tatapan mata sapi yang seolah mengamati interaksi antara penjual dan pembeli, gestur para pedagang yang menawarkan sapi dengan penuh semangat dalam terik matahari yang menyengat, seakan tercium aroma keringat serta bau khas pasar sapi, yang menjadi saksi bisu kehidupan pasar, semuanya terekam dalam lukisan yang menyajikan sebuah narasi yang kaya akan estetika dan makna budaya.
Bagi syamdhuro, aroma pasar sapi bukan sekadar bau hewan melainkan aroma kenangan masa kecil yang manis, yang selalu terekam di memorinya, ia selalu ingat ketika kecil ia bermain-nain di sekitar pasar sapi dan melihat transaksi-transaksi tersebut. Saya teringat sebuah kata bijak yang mengatakan " Kerinduan pada masa kecil adalah api yang selalu menyala dalam hati". Kerinduan dan ingatan inilah yang kini ia tuangkan ke dalam kanvas seninya.
Lukisan sapi dari karya-karya syamdhuro, bukan hanya sekadar gambar semata, melainkan sebuah perayaan kehidupan, budaya, dan keindahan. Karya-karyanya mengajak kepada kita untuk melihat lebih dalam, menghargai yang sederhana, dan yang terpenting ia berhasil menggali warisan budaya kita dengan cukup baik.
Selamat!!!
Surabaya, 2 Desember 2025
*Pemerhati seni, budaya dan sejarah yang tinggal di Surabaya.


Social Header