Breaking News

Lukisan Picasso Dalam Periode Biru, Dari Kesedihan Menjadi Keindahan Oleh Hamid Nabhan


   Di balik setiap karya agung, ada kisah yang tersembuny namun apa yang mendorong Picasso untuk melukis dalam nuansa biru melankolis?.  Dalam "periode biru"  Karya Picasso yang bukan sekedar fase artistik, melainkan sebuah labirin emosi yang membawa kita menyelami jurang keputusasaan, akibat persahabatannya yang hilang.  Picasso masih menjadi pelukis muda di akhir masa remajanya, yang saat itu berusia dua puluhan tahun merumuskan gaya khas periode birunya, dimana ia masih berpindah-pindah antara kota Paris dan Barcelona. 

   Periode biru adalah salah satu periode paling terkenal dalam karya-karyanya.  Karya-karya yang ia ciptakan antara tahun 1901-1904 merupakan karya yang muda dikenali, yang dilukis dengan nuansa biru, biru kehijauan serta sentuhan warna lain yang terbatas, dengan subyek yang muram.   Karya-karya dalam periode biru terpengaruh oleh kematian teman dekatnya Carlos Casagemas (1880-1901) seorang pelukis dan penyair Spanyol.  Saat itu Picasso berkata tentang karya-karyanya "saya melukis dengan warna biru ketika saya mendengar kabar kematian Casagemes".  Pada saat itu di tahun 1901 dan Picasso belum menemukan jati dirinya baik secara artistik maupun pribadi.  Kabar kepergian sahabat yang membuat hatinya remuk redam dihantui rasa putus asa, Picasso terhuyung dalam linglung, jiwanya merana, di tengah kegelapan itu warna biru menjadi satu-satunya bahasa yang mampu ia pahami, ia warnai setiap kanvas dengan kesedihan. 

  Sebelum periode biru karier Picasso sangat menjanjikan ia dikenal di Paris sebagai pelukis muda yang berbakat.  Namun ketika ia beralih dan mulai tertarik untuk menggambarkan kaum miskin dalam masyarakat dengan menggunakan nuansa biru yang sejuk untuk menggambarkan kesedihan dan keputusasaan, banyak kritikus dan publik menjadi kurang tertarik pada karyanya, masyarakat pada saat itu mencari karya yang ceria dan bahagia, bukan lukisan yang membuat mereka merasa tidak nyaman.  Dalam periode biru Picasso berfokus pada pengemis, pemabuk, wanita tuna susila, orang sakit, cacat, dan kelaparan di masyarakat yang sering ia tampilkan sebagai subyek.  Hal yang menarik dalam periode biru ini, Picasso memanjangkan bentuk-bentuk subyeknya, memberi rasa keindahan yang menghantui dan keanggunan supranatural yang unik dalam karya-karyanya.

  Lukisan-lukisan Picasso dari periode biru memberikan gambaran tentang betapa tertekannya ia dengan ketidak setaraan antar kelas.  Picasso sangat terpukul oleh perlakuan buruk terhadap kelas pekerja selama revolusi Industri.  Tokoh-tokoh miskin yang digambarkan Picasso menunjukkan kehidupan yang kurang layak, ditambah kesedihan akibat konflik batinnya yang dirasakan khususnya disaat mudanya, yang membuat Picasso gelisah. Kurator seni William H. Robinson menjelaskan bahwa Picasso "membentuk pola peristiwa yang menunjukkan bahwa para seniman yang hidupnya bertentangan dengan masyarakat arus utama, ditakdirkan untuk menderita dan mengalami tragedi".

   Karya-karya yang dilukis Picasso dalam periode yang penuh gejolak ini banyak mengangkat tema filisofis, simbolis, dan kemanusiaan.  Salah satu karya yang paling familiar sekaligus kontroversial dalam periode biru ini adalah "La Vie" (Hidup), lukisan yang ia lukis pada tahun 1903 ini sering dianggap sebagai puncak periode biru.

   Lukisan La Vie mencakup refrensi tentang kelahiran, kematian, dan penebusan, semuanya tersembunyi dibalik kanvas.  Lukisan yang didominasi warna biru ini menggambarkan sepasang kekasih yang lagi telanjang dan seorang perempuan berjubah sedang menggendong bayi, sosok-sosok tersebut berdiri di depan dua lukisan yang menampilkan subyek-subyek  yang putus asa.  Lukisan ini awalnya merupakan pitret diri, namun tanpa disadari, Picasso mendapati sosok-sosok tersebut telah berubah menjadi sahabatnya Casagemes yang meninggal akibat bunuh diri. 

   Dari kedalaman kesedihannya atas kematian sahabatnya, Picasso mampu mengubah dukanya menjadi karya seni yang abadi.  Periode biru bukan hanya catatan kesedihan, tetapi  juga bukti bagaimana emosi yang paling gelap dapat menjadi sumber inspirasi yang tak terduga yang mampu menghidupkan keindahan yang sebelumnya tersembunyi dalam kritik dan penolakan.

© Copyright 2022 - metroglobalnews.id