Breaking News

Sien Hoornik, Bayang-Bayang Pilu Dalam Karya Van Gogh Oleh: Hamid Nabhan


   Pada akhir Januari 1882 di jalanan Den Haag yang dingin, Vincent Van Gogh bertemu dengan seorang wanita tunasusila yang bernama Clasina Maria Hoornik, yang akrab dipanggil Sien Hoornik.  Saat itu Sien Hoornik berusia 32 tahun, tak mempunyai rumah dan  ia ditinggalkan oleh ayah dari anak yang dikandungnya.  Van Gogh membawa Sien yang sedang hamil dan putrinya yang baru berusia 5 tahun untuk tinggal bersamanya. 

   Bukan sekadar kebetulan, namun sebuah babak penting dalam kehidupan dan karya sang pelukis.  Sien Hoornik, seorang wanita yang namanya terukir dalam sejarah seni sebagai model dan kekasih Van Gogh, kisahnya adalah perpaduan antara kontroversi, tragedi, dan refleksi mendalam tentang kehidupan kaum miskin di abad ke-19. 

   Lebih dari sekedar model, Sien Hoornik adalah seorang wanita dengan kisah hidup yang penuh perjuangan.  Melalui mata dan goresan tinta dan kuas Vincent Van Gogh, kita diajak serta digiring untuk melihat sisi kemanusiaan Sien, seorang ibu dan individu yang berjuang untuk bertahan hidup. 

   Van Gogh menggambar Sien Hoornik yang lagi duduk merunduk tanpa busana yang digambar dengan pena dan tinta di atas kertas berukuran  44,5x27cm,  gambar yang berjudul 'Sorrow' (kesedihan).  Van Gogh menggambarkan Sien sebagai seorang perempuan yang terluka oleh kehidupan.  Gambar tersebut merupakan representasi menyeluruh dari pekerja miskin dan kaitannya dengan penyakit mental dan prostitusi.  Van Gogh menggambar bunga-bunga di latar depan gambar ini, yang dianggap sebagai lambang dari harapan akan perubahan nasib Sien Hoornik, terutama setelah keinginan Van Gogh untuk membantu dan merawatnya. 

   Dibagian bawah gambar Sorrow ini Van Gogh menuliskan sebuah kutipan dati buku La Femme (wanita) karya Jules Michelet (1798-1874) seorang sejarawan Perancis, "Comment se fait il qu'il y ait sur la terre une femme seule, delaissee? (Bagaimana bisa ada di bumi seorang wanita yang sendirian, terlantar?" Kutipan ini mencerminkan tema kemiskinan sebagai akar masalah. 

   Sorrow diakui secara luas sebagai mahakarya dari ketrampilan gambar Van Gogh, dan karya ini dianggap sebagai puncak dari masa pembelajaran Van Gogh dalam mengasah keahliannya.  Van Gogh sangat menghargai gambar ini dan menggambarkannya sebagai 'sosok terbaik yang pernah saya gambar'.  Dalam suratnya di bulan Juli 1882 Van Gogh menulis "Saya ingin membuat gambar-gambar yang menggerakkan orang. 'Sorrow' adalah awal, setidaknya ada sesuatu yang datang langsung dari hati saya."

   Sien Hoornik menjadi model untuk beberapa karya Van selama mereka tinggal bersama di Den Haag, Van Gogh menghasilkan lebih dari 50 karya dengan model Sien Hoornik dan keluarganya.  Van Gogh memiliki perasaan yang mendalam terhadap Sien Hoornik, hubungan mereka sangat dekat serta penuh emosi, bahkan Van Gogh pernah menunjukkan keinginan untuk menikahi Sien, di mata Van Gogh Sien Hoornik sebagai sosok yang melambangkan perjuangan dan keberanian hidup di tengah kondisi sulit.  Namun keluarga Van Gogh tidak menyetujui hubungan mereka, karena perbedaan status sosial yang cukup besar.   Sien Hoornik berasal dari keluarga kelas bawah yang memiliki latar belakang sebagai pekerja seks, sementara keluarga Van Gogh, terutama saudaranya Theo khawatir akan stigma sosial dan masa depan Van Gogh sendiri. Pada akhirnya, tekanan dari keluarga membuat Van Gogh harus meninggalkan Sien dan hubungan mereka berakhir. 

   14 tahun setelah kematian Van Gogh, tepatnya pada tanggal 22 November 1904 dalam usia 54 tahun Sien Hoornik mengakhiri hidupnya dengan nenenggelamkan diri di sungai Schelde (Scheldt) di Rotterdam.  Pada tahun 1883 Sien Hoornik pernah berkata kepada Van Gogh, bahwa ia akan mengakhiri hidupnya dengan melompat ke dalam air, dan ini  benar-benar terjadi.  Faktor-faktor yang menjadi penyebab bunuh dirinya adalah kemiskinan dan kehidupan yang penuh penderitaan, pengalaman traumatis di masa lalunya, juga perpisahannya dengan Van Gogh, dan kesulitan-kesulitan dalam menghidupi diri dan keluarganya. 

   Mengenang Sien Hoornik, saya tidak hanya melihat seorang model dalam lukisan Sorrow karya Vincent van Gogh, tetapi juga seorang wanita dengan luka yang mendalam.  Kisahnya mengingatkan saya bahwa di balik setiap karya seni, ada kehidupan yang nyata, dengan segala kompleksitas dan kerapuhannya.  Meskipun hidupnya penuh dengan kesulitan, Sien Hoornik tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan seni Van Gogh, sebuah bukti bahwa cinta dan tragedi dapat melahirkan karya-karya yang menggugah dan abadi.

© Copyright 2022 - metroglobalnews.id