Breaking News

91 Tahun Sumpah Pemuda Indonesia Keturunan Arab Oleh: Hamid Nabhan


   Jauh sebelum Indonesia merdeka, tepatnya 4-5 Oktober 1934 di kota Semarang, enam tahun setelah Sumpah Pemuda Indonesia tahun 1928, sejumlah kaum muda keturunan Arab mendukung gagasan Tanah Air Indonesia sebagai satu-satunya tumpah darah tunggal dan tidak lagi mengaitkan asal-usulnya, yaitu Hadramaut di Yaman. 

   Dimotori pemuda idealis (yang kelak menjadi perintis kemerdekaan) bernama A.R Baswedan,  yang saat itu berusia 27 tahun A.R Baswedan sebagai kaum peranakan Arab di Hindia Belanda, pada waktu itu di puncak pencarian identitasnya, yaitu bersumpah Bertanah Air Satu, Tanah Air Indonesia.  Bersamaan dengan itu A.R Baswedan mendirikan Persatuan Arab Indonesia yang mendukung dengan segala upaya kemerdekaan Indonesia. 

   Sumpah Pemuda Keturunan Arab melahirkan tiga butir pernyataan; 

Yang pertama: Tanah Air Peranakan Arab adalah Indonesia

Yang kedua: Peranakan Arab harus meninggalkan kehidupan menyendiri (mengisolasi diri) 

Yang ketiga: Peranakan Arab memenuhi kewajiban terhadap Tanah Air dan Bangsa Indonesia

   A.R  Baswedan saat itu mengatakan " Arab Indonesia dibesarkan dengan gado-gado, bukan dengan mulukhia.  Dengan durian bukan dengan kurma, dengan sejuknya hawa gunung, bukan dengan panasnya padang pasir, mereka dihidupkan bukan di pinggir Dadjla dan Furat, tetapi di pinggir Musi, Kapuas, Bengawan, dan Brantas.  Lebih gurih minyak kelapa, daripada minyak samin.  Sebab itu jalan selamat bagimu, di hari depanmu ialah leburkan diri ke dalam bangsa ibumu, Tanah Airmu ialah Indonesia"

   Pemerintah Hindia Belanda yang saat itu menempatkan keturunan Arab sebagai bangsa kelas dua bersama warga Timur lain, dengan adanya Sumpah Pemuda tahun 1934 ini otomatis peranakan Arab turun sebagai warga kelas tiga. 

A.R Baswedan dan keturunan Arab lainnya tidak melihat keistimewaan yang diberikan penjajah Belanda kepada keturunan Arab sebagai warga kelas dua dan dengan tekad yang bulat menurunkan kelas menjadi kelas tiga.  Ini adalah langkah yang sangat berani dimana saat itu pemerintah kolonial masih kuat bercokol di tanah air dan kita tak tahu kapan kita akan meraih kemerdekaan. 

   


   Dalam catatan dan tulisannya A.R Baswedan selalu nelontarkan pemikiran-pemikiran  tentang pentingnya integrasi, persatuan keturunan Arab di Indonesia, untuk bersama-sama bangsa Indonesia yang lain memperjuangkan kemerdekaan.  Saat itu justru pemuda keturunan Arab bangkit dan memproklamasikan keyakinan dan sikapnya.  Sebuah pemikiran  revolusioner terlontar yang bermula dari ikatan Islam sebagai agama yang rahmatan lil'alamin.

(Red)

© Copyright 2022 - metroglobalnews.id