Nagekeo, NTT – mgn.id. Dari ruang sederhana di Aula Sekda Nagekeo, sebuah revolusi ekonomi perlahan digerakkan. Bukan lewat investor asing atau proyek tambang berskala besar, tetapi melalui satu lembaga klasik yang dulu pernah menjadi tumpuan ekonomi bangsa—koperasi.
Kabupaten Nagekeo, salah satu daerah di ujung timur Indonesia, menjadi bagian dari peluncuran nasional 80.081 Koperasi Merah Putih yang diresmikan Presiden Prabowo Subianto pada Senin (21/7/2025). Di tengah hiruk-pikuk soal ketimpangan pembangunan antara kota dan desa, Nagekeo menunjukkan bahwa desa pun bisa jadi titik tolak perubahan besar.
“Kami melihat koperasi ini sebagai instrumen kemandirian,” ujar Vinsensius Adrian Gouda Wogo SH. MHum, Ketua Koperasi Merah Putih Kelurahan Danga. “Potensi Kelurahan bisa kita kelola dengan pembiayaan dari koperasi, tanpa terus bergantung pada APBD atau APBN.”
Pernyataan Vinsensius Adrian Gouda Wogo SH. MHum bukan retorika. Selama ini, banyak inisiatif ekonomi lokal di Nagekeo yang terhambat karena minimnya akses modal, pasar, dan kelembagaan. Kini, dengan kehadiran koperasi Merah Putih, ada harapan baru untuk mendobrak kebuntuan itu.
Dari Bawah, Untuk yang di Bawah
Lurah Danga, Johanes Lado, menyebut koperasi sebagai “Gerakan orang miskin menolong orang miskin” . Ia menggarisbawahi peran koperasi dalam penyediaan sembako, distribusi barang pokok, penguatan UMKM, hingga menjadi perantara bagi produk lokal masuk pasar yang lebih luas.
“Selama ini warga kecil beli dengan harga ecer, tapi jual hasil kebunnya dengan harga borongan murah,” katanya. “Koperasi ini harus Menolong Petani karena petani itu adalah The reel investor untuk Ketahanan pangan.”
Koperasi bukan hanya dimaknai sebagai alat produksi dan distribusi, tapi juga sebagai gerakan sosial. Di Desa Utetoto, Kecamatan Nangaroro, Kepala Desa Ignasius Dita menyiapkan koperasi sebagai offtaker utama hasil pertanian warga.
Namun lebih dari itu, ia melihat koperasi sebagai jalan keluar dari lingkaran setan utang yang menjerat generasi muda desa.
“Banyak anak muda ambil pinjaman online untuk modal usaha kecil. Tapi mereka akhirnya terlilit bunga. Dengan koperasi, kita berikan akses modal yang adil dan berbasis solidaritas,” katanya.
Wakil Bupati: Ini Bukan Program, Ini Arah Baru
Wakil Bupati Nagekeo, Gonzalo Muga Sada, memberikan pernyataan yang tegas namun bernada reflektif. Baginya, peluncuran koperasi ini bukan sekadar menjalankan arahan pusat, tetapi upaya mengoreksi cara lama pembangunan yang sering kali tidak menyentuh akar masalah.
> “Koperasi ini bukan sekadar program ekonomi, tapi kebijakan yang berpihak. Kami instruksikan seluruh kepala desa dan lurah untuk mendukung penuh. Kalau perlu, kita ubah tata kelola pembangunan desa agar koperasi jadi porosnya,” ungkapnya.
Pemerintah Kabupaten Nagekeo berencana membangun sinergi lintas sektor untuk mendukung koperasi Merah Putih. Mulai dari pelatihan manajemen koperasi, akses teknologi informasi, hingga kemitraan dengan sektor swasta.
Menghidupkan Kembali Semangat yang Pernah Redup
Indonesia memiliki sejarah panjang koperasi. Dulu, Bung Hatta menyebut koperasi sebagai “alat perjuangan ekonomi rakyat.” Namun dalam beberapa dekade terakhir, koperasi terpinggirkan oleh logika pasar bebas dan program-program top-down yang seragam.
Peluncuran 80.081 Koperasi Merah Putih menjadi momen untuk mengembalikan semangat itu. Dan Nagekeo, dengan seluruh keterbatasannya, justru menunjukkan kesiapan lebih awal.
Dari desa-desa kecil seperti Danga dan Utetoto, muncul energi baru: semangat membangun dari bawah, dengan kekuatan kolektif, dan keyakinan bahwa ekonomi rakyat bukan sekadar slogan politik melainkan jalan nyata menuju kemandirian.
Social Header