Breaking News

Riwayat Bioskop Al-Hambra Surabaya


Oleh: Hamid Nabhan

   Istilah bioskop yang berasal dari bahasa Belanda bioscoop yang berakar dari bahasa Yunani Bios yang berarti hidup dan Skopos yang artinya melihat, padanan kata dari bioskop adalah 'gambar hidup'. 

   Bioskop di kota Surabaya saat itu menyebar di seluruh bagian kota, dengan kelasnya masing-masing, bioskop-bioskop inilah sebagai tempat hiburan di era kolonial ampai era tahun 90-an. Sebelum semuanya lambat laun tergerus dengan adanya Cineplex 21yang mulai beroperasi pada akhir tahun 80-an.  

   Salah satu bioskop tua yang sangat legendaris di kota Surabaya adalah bioskop 'Satrya' yang terletak di jalan Pegirian no 116.  Biiskop ini menjadi sebuah tempat kenangan di masa lalu.  Bersama teman-teman kami menonton film di gedung ini, sebagai satu-satunya hiburan yang murah saat itu. 

   Bioskop yang berjarak dari rumah hanya ratusan meter ini, memungkinkan saya dan teman-teman berjalan kaki ketika akan menonton sebuah film di gedung yang biasa disebut dengan nama 'Gili' nama lama tempat bioskop itu berdiri dan nama ini lebih populer daripada nama Satrya.  Biasanya film yang diputar di bioskop Gili ini adalah film-film laga seperti Bruce Lee, Jacky Chan dan lain-lain, film India, Indonesia, bahkan film Barat. 

   Film yang diputar bukanlah film baru, bahkan film yang telah diputar di bioskop papan atas baru diputar di bioskop Gili setelah menunggu berbulan-bulan kemudian.  Jika film yang diputar  banyak mendatangkan penonton karena dinilai bagus maka film itu akan diputar terus menerus selama sebulan penuh. 

   Kartu pelajar yang biasanya digunakan untuk mendapatkan potongan separuh harga, di bioskop ini tidak berlaku, tapi ini tidak menyurutkan keinginan kami untuk menonton di gedung ini karena tiket masuk sangatlah murah dan terjangkau.  Di bioskop ini tidak ada AC, seingat saya ada kipas angin besar dan di gedung tersebut mempunyai struktur bangunan yang tinggi sehingga tidak menimbulkan gerah bagi para penonton. 

   Kursi-kursi terbuat dari kayu dan rotan yang tak luput dari serangga tinggi (bangsat) yang kadang menggigit kulit, tapi semua itu tidak menghalangi kegembiraan saya dan teman-teman untuk menikmati film di gedung Satrya ini.  Kadang jika terjadi puncak dari adegan dalam film penonton pun larut dalam emosinya untuk bertepuk tangan dan berteriak gembira, inilah momen yang tak terlupa. 

   Menelusuri sejarahnya biiskop Al-Hambra atau Satrya didirikan pada tahun 1920.  Dengan  perubahan nama bioskop tergantung dari siapa pengelolahnya.  Saat pertama didirikan bioskop ini bernama Tiong Hin, lalu dikenal dengan nama Al-Hambra, ketika dikelola oleh orang Armenia gedung ini berubah nama menjadi "Universal-Theater" Lalu dibeli oleh pengusaha kaya bermarga Baswedan. 

   Pada tahun 1940 gedung ini terbakar dan dihentikan oprasinya selama satu bulan untuk keperluan pemeriksaan oleh pihak kepolisian.  Setelah itu beroprasi kembali dan nama bioskop berganti menjadi "Firoz Cinema" Lalu kembali lagi menjadi Al-Hambra. 

   Pada tahun 1960 Bung Karno melarang gedung bioskop menggunakan nama asing maka digantilah nama biiskop ini menjadi "Satrya".

   Penjual Rokok, makanan dan minuman terdapat di dalam gedung yaitu di pojok di bawah layar, jadi penonton tidak perlu untuk keluar gedung.  Kalau kebetulan ada film film yang bagus yang sedang diputar, tapi kondisi keuangan tidak mencukupi maka saya dan beberapa teman memberi kode penjaga pintu masuk untuk dimasukkan untuk membayar seadanya ke penjaga pintu masuk.  Teman-teman biasa menyebut sang dewa penolong ini dengan panggilan wak kaji.  Dan jika film bubar pintu keluar mengarah ke jalan Srengganan gang 2 dan gang 3, karea gedung bioskop diapit diantara dua gang ini. 

   Pada tanggal 1 April 2001gedung bersejarah dengan arsitektur kolonial, yang pernah digunakan untuk kegiatan Kongres organisasi Islam di Surabaya ini, dirobohkan dan kini dibangun sebuah gudang.  Sangat disayangkan karena kenangan di masa lalu itu telah hilang, kita sudah tidak bisa lagi melihat gedung Al-Hambra atau Satrya yang penuh kenangan itu.

(Red)

© Copyright 2022 - metroglobalnews.id