Breaking News

Cerita Bioskop Di Kota Surabaya


Oleh: Hamid Nabhan

   Di seluruh wilayah Hindia-Belanda sekitar tahun 1936 terdapat 225 gedung bioskop, di zaman kolonial itu kota Surabaya merupakan kota dengan jumlah bioskop terbanyak.  Ada sekitar 14 gedung yang selalu bertambah tiap tahunnya. 

   Pada awal tahun 1950 an jumlah gedung bioskop di kota Surabaya 21 gedung bioskop yang terus bertambah seiring jalannya waktu.  Gedung-gedung bioskop itu diantaranya adalah Apollo Theater yang berada di pasar besar yang mengalami pergantian nama menjadi Metropole Theater, Broadway Theater yang berlokasi di Embong Malang, Alhambra Theater terletak di jalan Pegirian, Luxor Theater di Pasar Besar, Flora Cinema di jalan Bubutan, Orient Theater terletak di jalan Bibis, Rex Theater terletak di jalan Basuki Rahmat, Sampoerna Theater di jalan Dapuan, bioskop ini milik pedagang rokok 'Sampoerna' yaitu Liem Sing Tee, yang tidak hanya memiliki bioskop Sampoerna  tapi ia juga memiliki bioskop Princesse-Schouburg yang berada di jalan Simpang, Maxim Theatre terletak di jalan Simpang, Oost Java bioskop di jalan Alun-alun Contong, Mascotte Theatre di jalan Pacar Keling, Beatrix Theatre yang terletak di persimpangan antara jalan Ngaglik-Kalianyar-dan Kapasari, Bharat Cinema di jalan Kranggan, Capitol Theatre terletak di pojok antara jalan Kranggan dan jalan Bubutan, Central Theatre di kawasan Pasar Turi, City Theatre di jalan Tunjungan, Realto Theatre terletak di jalan Pasar Besar, Tivoli Theatre di jalan Bongkaran, Union Theatre di jalan Pandigiling. 

   Sekitar tahun 1960 pemerintah melarang gedung-gedung bioskop yang menggunakan nama asing atau berbau imprialis, maka nama-nama gedung diganti dengan nama lokal, seperti Broadway diganti dengan Arjuna, Capitol di  nasionalisasi menjadi Wijaya, Luxor menjadi bioskop Jaya, Maxim menjadi Indra, Metropole menjadi Bima, Orion menjadi bioskop Ratna, Rex menjadi bioskop Ria, Rivoli menjadi bioskop Kusuma, Alhambra menjadi Satrya.  

   Setelah tahun 1966 dunia perbioskopan di kota Surabaya mulai tumbuh subur, lebih- lebih di era tahun 1970 an, banyak gedung-gedung bioskop baru yang bermunculan.  Bahkan ada bekas gudang yang disulap menjadi gedung bioskop seperti bioskop Repka di jalan Kalisosok,  bioskop Suzana di jalan Kapasan yang dibangun di lahan studio amatir Radio Suzana, bioskoo Kawung di jalan Kawung yang memanfaatkan Aula Sekolah Menengah Olah Raga  yang dijadikan gedung bioskop,  Amurang  di Perak memanfaatkan aula, bioskop Susteran di jalan Kepanjen yang memanfaatkan sekolah Katolik, gedung bioskop Utama THR, yang memanfaatkan gedung kesenian di jalan Kusuma Bangsa, bioskop Kapasari di jalan Kapasari yang memanfaatkan aula milik kampus AWS (Akademi Wartawan Surabaya) dan masih banyak yang lainnya, dan umumnya bioskop ini tidak bertahan lama. 

   Ketika era tahun 1970 an banyak bermunculan gedung-gedung bioskop yang cukup mewah dengan fasilitas yang modern dan film-filmnya relatif baru dan cukup beragam.  Booming bioskop di era 70 an ini salah satu faktor yang mendorong adalah faktor ekonomi yaitu ketika Indonesia mengalami masa ekonomi yang relatif lebih baik dan di era ini gedung-gedung bioskop menggunakan perlengkapan audio dengan sistem stereo dolby serta ruangannya dikondisikan dengan perangkat AC sehingga membuat penonton benar-benar dimanjakan, ruang pertunjukan di disain seperti stadion sehingga penonton yang dibelakang tidak terhalang oleh penonton yang didepan. 

   Ini bisa dijumpai di gedung-gedung bioskop seperti Presiden Theatre dan Arjuna Theatre di jalan Embong Malang, Surabaya Theatre di jalan Pahlawan, Oscar Theatre di jalan Mayjen Sungkono, Mitra Theatre di komplek gedung Balai Pemuda, King Theatre dan Queen Theatre di jalan Baliwerti, Star Theatre di Taman Remaja, Ultra Theatre di jalan Urip Sumoharjo (Keputran), Wijaya Theatre di jalan Bubutan, International Theatre di jalan Pecindilan, Apollo Theatre di jalan Tanjung Anom, Intan Theatre di jalan Kapasan, dan sebagainya. 

   Di awal tahun 2000 an muncul bioskop Sineplek 21 (Tweenty One) di mana satu gedung dijadikan 4 gedung yang lebih kecil.  Banyak bioskop yang tutup dan beberapa bioskop mengikuti aturan dan merubah bentuk menjadi Sineplex 21 seperti bioskop Mitra dan Surabaya Theatre, tapi kedua bioskop ini tidak berlangsung lama.  Sineplex 21 lebih beroprasi di mall besar di kota Surabaya, seperti di Tunjungan Plaza, Delta Plaza, Galaxy Mall, Royal Plaza, Pakuwon Mall dan lainnya. 

   Kini masa keemasan bioskop sudah berlalu, hal ini disebabkan karena maraknya TV Kabel dan ramainya pengguna YouTube.

(Red)

© Copyright 2022 - metroglobalnews.id