Oleh: Hamid Nabhan
Di suatu sore yang terik di tahun 1913 Sarah Rector seorang gadis kulit hitam berusia 11 tahun sedang bermain-main seorang diri, di tanah gersang warisan kakeknya di Oklahoma. Tanah ini adalah pemberian dari pemerintah dan biasanya tanah yang diberikan kepada orang kulit hitam adalah tanah yang berbatu dengan kualitas yang buruk. Saat itu Sarah terus berjalan, ia tidak mempedulikan matahari menyengat kulitnya sehingga membuat keringatnya bercucuran.
Debu-debu berterbangan di sekelilingnya, sepanjang ia berjalan kakinya selalu menginjak tanah kering yang retak-retak, ia sedikit kesal karena tak ada yang bisa ia mainkan hanya semak-semak kering dan batu-batu kerikil yang ia temukan. Ia terus berjalan ke dalam tanah gersang melewati semak-semak yang jarang dan kering. Tiba-tiba matanya tertuju ke sesuatu yang berkilau di bawah sinar matahari, ia mengira itu adalah pecahan kaca atau batu kristal. Sarah Rector terus mendekat memperhatikan dengan teliti ternyata itu adalah genangan cairan yang berwarna gelap kecoklatan mengapung diatas permukaan tanah, ia terus memperhatikan cairan itu, yang tampak seperti minyak berkilauan di bawah sinar matahari, ia mendekatkan hidungnya untuk menghirup aroma cairan tersebut, ia merasakan bau yang kuat dan menyengat menusuk hidungnya. Ini adalah aroma yang berbeda dan belum pernah ia mencium aroma seperti itu, merasa sedikit pusing akibat aroma itu, ia nekat untuk mencelupkan jarinya karena di dorong rasa ingin tahunya, cairan itu terasa lengket dan berminyak. Sarah merasa takut, ia tidak tahu apa itu, tetapi ia tahu temuannya adalah sesuatu yang istimewa.
Ia berlari pulang dan menceritakan penemuannya kepada orang tuanya, ia menceritakan penemuan cairan itu dengan semangat dan menggambarkan bagaimana cairan itu berkilau di bawah sinar matahari serta aromanya yang menyengat, pada awalnya orang tua Sarah ragu, tapi rasa penasaran setelah mendengar cerita Sarah yang detail, ekspresi Sarah yang keheranan serta rasa takut maka orang tua Sarah memutuskan untuk memeriksa sendiri. Mereka mengikuti Sarah yang berlari ke tanah gersang itu.
Matahari sore mulai terbenam, langit berwarna jingga kemerahan. Saat mereka mendekati genangan minyak aroma semakin kuat, mereka takjub menyaksikan genangan cairan gelap itu. Ayah Sarah yang selama ini bekerja keras menggarap ladang di tanah yang kering kerontang langsung takjub terperanjat, ia menunduk mencium aroma minyak tersebut serta mengusap dengan tangannya. Rasanya ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya, dengan suara bergetar ia mengatakan ini... Ini minyak. Ibu Sarah mulai gelisah ia menatap genangan minyak tersebut dengan mata yang tak berkedip. Dengan suara berbisik ia berujar, bagaimana ini bisa terjadi? "Apakah ini bertanda baik atau buruk? ". Mereka berdua saling berpandangan dengan wajah yang dipenuhi keheranan serta kebingungan. Mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan, mereka hanya tahu minyak adalah sesuatu yang berharga, lalu mereka memutuskan untuk meminta bantuan kepada orang-orang yang lebih berpengalaman untuk memeriksa tanah miliknya dan menentukan apa yang harus mereka lakukan setelah itu.
Seorang spekulan minyak mengebor sumur di tanah tersebut. Semburan minyak menghasilkan 2.500 barel setiap hari dan sekitar $300 sehari yang setara dengan lebih dari $7000 kurs saat ini. Berita tentang Sarah Rector yang berusia 11 tahun dengan kekayaannya menyebar, berita-berita di surat kabar menjuluki Sarah Rector sebagai "Gadis negro terkaya di dunia"
Pada tahun 1914 tajuk utama di Washington Post berbunyi, "Minyak membuat orang kaya raya" dan secara tidak benar menggambarkan Sarah Rector sebagai "seorang yatim piatu, kasar, berkulit hitam, dan tidak berpendidikan, namun memiliki kekayaan lebih dari $ 4.000.000".
Kisah Sarah Rector dalam perjuangannya untuk mendapatkan minyaknya dijadikan film dengan judul Sarah's Oil, sebagian besar lokasi film diambil di Okmulgee, Oklahoma pada pertengahan 2024.
(Red)
Social Header