Breaking News

Hamid Nabhan dan Kecintaannya Pada Keindahan Alam. Oleh : Agus “Koecink” Sukamto

 


Saya lulusan Fakultas Pertanian, jadi setiap praktik kerja lapangan selalu melihat keindahan alam pedesaan, maka melukis alam yang indah bagiku sebagai kekaguman.”_

(Hamid Nabhan)

Hamid Nabhan lahir di Surabaya, ayahnya Muhammad Nabhan pecinta sastra yang suka meulis puisi. Kakeknya, Salim Nabhan, seorang tokoh di zamannya juga merupakan salah satu pendiri Yayasan Al-Irsyad Surabaya, yayasan yang bergerak pada bidang sosial dan pendidikan, Sedang kakek yang lain, Said Nabhan, seorang pengarang buku-buku religi dan prosa yang sampa sekarang karyanya masih diterbitkan di dalam dan di luar negeri, seperti Malaysia dan Leiden, Belanda sebagai literature di perguruan tinggi.

Guru pertamanya adalah pamannya sendiri, Usman Nabhan yang juga kolektor nasional. Hamid belajar melukis pad guru gambarnya Pak Alyas yang mengajarinya melukis pemandangan alam secara langsung (on the spot).

Hamid termasuk pelukis yang tekun meukis tentang keindahan alam, biarpun dunia seni kontemporer sedang menjadi isu dalam wacana seni rupa Indonesia. Melukis baginya adalah untuk menuangkan ekspresi apa yang ada di dalam hatinya. Kalau hatinya tidak mood untuk melukis, maka ia pun tidak melukis dan dia tidak terpengaruh oleh dunia pasar

“Saya melukis alam yang indah, karena sejak kecil menyukai tanaman dan pada saat kuliah pertanian selalu berada pada lingkungan pedesaan dengan hutan, tanaman yang tumbuh liar, pemandangan yang mempesona hati dan dalam melukis, saya memakai kacamata kuda, artinya saya tidak menoleh, yang penting berkarya terus-menerus menurut panggilan hati bukan pasar,” katanya.

Hamid Nabhan memag sederhana dan romantis. Itu bisa dilihat dari kegemarannya berjalan ke desa-desa dan menggauli alam beserta keindahan yang terkandung di dalamnya. Tengok saja karya-karyanya tentang sudut desa, jalanan menuju desa, sudut halaman rumah, dan pohon-pohon yang indah. Hutan tropika membuatnya terpesona. Semua itu membuatnya senantiasa merindukan alam pedesaan dan lingkungannya. Alam baginya adalah guru untuk menimba ilmu seni lukisnya, selain juga terinspirasi dari buku-buku karya pelukis dunia, seperti Van Gogh, Gauguin, Constable, Macke, atau Schiele.

Hamid juga mencintai musik-musik klasik, seperti komponis dunia, Saint-Saens, Haydn, Bach merupakan favoritnya, juga gemar membaca buku-buku sastra Kahlil Gibran, Franz Kafka, Zola. Karena menurutnya karya sastra yang bermutu maupun musik yang berbobot sangat mempengaruhi proses kreatifitas dan inspirasi dalam mengerjakan sebuah lukisan atau membuat puisi. Hamid memang lebih suka melukis di ruang terbuka (Out Door Painting), karena di situ dia bisa menangkap keindahan yang diberikan oleh sinar matahari yang jatuh dan menyinari tumbuh-tumbuhan dan bunga-bunga. Pergi ke desa bukan untuk melukis saja, tetapi juga mencoba merasakan kehidupan dari sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang yang membuatnya bisa menangkap keindahan yang dihasilkan dari rimbunan pohon-pohon liar, suara air sungai yang mengaliri sawah, ladang dan kepolosan anak-anak desa. Bagi Hamid, semua yang ia ciptakan lahir dari kejujuran yang ada dalam dirinya. 

Ini merupakan proses menjalani kehidupannya sebagai pelukis. Terkadang ia melihat banyak seniman yang ikut-ikutan trend, tetapi sebenarnya ekspresi itu lahir bukan dari dirinya sendiri, ada pengaruh-pengaruh dari luar yang bisa menghilangkan kemandirian atau kebebasan dalam melukis. Apapun kritikan dan masukan, ia akan tetap melukis berdasarkan perasaan yang timbul saat melihat sesuatu yang indah dan memindahkannya ke dalam kertas atau kanvasnya.

Proses kekaryaan Hamid Nabhan tidak hanya berhenti pada keindahan alam, tetapi juga bangunan-bangunan tua menjadi salah satu inspirasi untuk dibuat sketsa. Bangunan tua yang ada di kota Surabaya menurutnya peninggalan masa lalu yang mempunyai kenangan, maka ia melukis sebenarnya untuk menggugah hati masyarakat agar tidak hanya sekedar kagum, tetapi justru prihatin, kenapa bangunan-bangunan itu tidak dimaknai, dipelihara, dan dikelola dengan konsep pemikiran yang mempunyai dampak pada sebuah kota.

Kekuatan karya Hamid terletak pada lukisan pemandangan alam yang indah yang dijumpai sehari-hari pada saat mencari obyek untuk dilukis. Saat merenungi karya-karyanya tentang tambak, hutan, sungai dengan tumbuh-tumbuhannya dan jalan desa dengan pohon-pohon berjajar, maka kita akan bisa merefleksikan kembali alam nusantara yang kaya akan keindahan dan sumber daya alamnya.

Suatu saat Hamid pernah prihatin terhadap berita di media tentang penebangan pohon-pohon di hutan dan banjir yang mengakibatkan rusaknya alam dan korban yang berjatuhan akibat manusia tidak bisa menjaga apa yang telah diberikan oleh alam semesta. Manusia yang serakah tidak mau merawat dan mengembangkan, tetapi malah merusak demi kepentingan sendiri. Di balik karya-karya Hamid itulah sebenarnya terkandung kecintaannya terhadap tanah air Indonesia.

Dalam proses penciptaan karya lukisnya, ia tetap tekun mengeksplorasi kekuatan obyek dengan sapuan kuas, komposisi ruang, warna, pengambilan sudut pandang yang berani dan warna-warna alam yang mempesona. Alam dan kehidupan merupakan sumber inspirasi dan keindahan yang tidak ada habisnya. Keindahan terkandung dalam kepolosan dan terkadang alam yang tenang ternyata bisa menimbulkan malapetaka atau gejolak yang tidak kita sadari. Bagi Hamid, alam mempunyai keunikan yang harus dilihat secara esensial. Lukisan maupun sketsa-sketsa dalam pengambilan obyek memang sederhana, tetapi justru di dalam kesederhanaan itulah kita akan melihat lebih jauh makna di balik setiap karya yang tercipta.

Mengapresiasi karya Hamid, kita harus melihat proses perjalanan dalam mendapatkan obyek-obyek itu. Tentu ada pergulatan dalam batin ketika ia harus menangkap keindahan yang ada di dalam alam semesta. Apakah harus menangkap perdu yang tumbuh liar, semak belukar dan lainnya. Hamid masih percaya, karya yang mempunyai nilai hanya lahir dari kejujuran hati dan pencapaian proses dalam diri sendiri. Bukan karena lingkungan yang berubah seperti derasnya arus pasar saat ini.

*Perupa, Penulis Seni Rupa, Pengajar DKV Universitas Ciputra & STKWS

© Copyright 2022 - metroglobalnews.id