Oleh: Hamid Nabhan
Ernest Regnard Leonce Desentje yang lebih dikenal dengan nama Ernest Desentje adalah pelukis pemandangan alam berdarah Belanda-Perancis lahir di Jatinegara Batavia (Jakarta) pada tanggal 17 Agustus 1885, merupakan anak ke 3 dari delapan bersaudara dari pasangan Leon Casper Desentje dengan Wihelmina Henriette Charlotte Reijnhart.
Ernest Desentje merupakan pelukis Otodidak yang mulai melukis pada tahun 1915 saat ia berusia 30 tahun. Ia sering mendengar nasehat segera masukan dari rekan pelukis seangkatannya seperti Rudolf Bonnet, Gerard Pieter Adolf, Carel Lodewijk Dake, Willy Halwyn, Van Aken dan lainnya.
Ernest Desentje telah berkeliling pulau Jawa dan selama 5 tahun berada di pulau Sumatera untuk melukis keindahan Alam Hindia-Belanda seperti melukis obyek hutan, danau dan ngarai. Pada Saat itu pelukis-pelukis dari Belanda dan negara Eropa lainnya sedang gandrung melukis panorama alam yang menggambarkan keindahan di Hindia-Belanda, hal ini bertujuan untuk mempromosikan dan mengenalkan negeri jajahan mereka sebagai daya tarik wisata. Salah satu pelukis yang rajin mempromosikan alam Hindia-Belanda tersebut adalah Ernest Desentje. Di dalam melukis Desentje menggunakan pendekatan impresionisme barat dalam menangkap cahaya tropis disetiap lukisannya.
Ernest Desentje merupakan anggota Bataviasche Kunstkring, yaitu semacam lingkar seni seniman-seniman Belanda di Hindia-Belanda, di sini Ernest Desentje aktif berpameran sepanjang tahun 1936-1939. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia Ernest Desentje memutuskan menjadi warganegara Indonesia.
Perkenalan Ernest Desentje dengan Bung Karno terjadi jauh sebelum kemerdekaan dan setelah Indonesia merdeka dan Bung Karno menjadi presiden hubungan keduanya terjalin dengan baik dan karya-karya Desentje banyak dikoleksi oleh Bung Karno, karya-karya tersebut sering dijadikan sebagai hadiah kenegaraan, salah satu diantaranya diberikan kepada Presiden Tito dari Yugoslavia.
Ernest Desentje meninggal dunia pada tanggal 13 Januari 1972 di Jakarta dan dimakamkan di samping makam istrinya Siti Rasmini, di kampung Kidul, Desa Pasar Jaya, kecamatan Bogor Barat.
(Red)
Social Header