Breaking News

Napak Tilas Peristiwa Cidahu: Yusuf Mujiono dan Tim PEWARNA Serukan Keadilan dan Refleksi Kebangsaan

 


Sukabumi - Metroglobalnews.id - Jumat, 18 Juli 2025 – Tiga pekan telah berlalu sejak peristiwa penyerangan dan pengrusakan sebuah vila di Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Tragedi yang melibatkan intimidasi dan pengusiran terhadap peserta retret anak-anak ini menyisakan trauma mendalam bagi seluruh warga, termasuk masyarakat sekitar.

Dalam semangat solidaritas dan pemulihan, Ketua Umum PEWARNA Indonesia, Yusuf Mujiono, bersama tim—Albert Muntu, Grolus Sitanggang, dan Junyor Parhusip—melakukan kunjungan langsung ke lokasi peristiwa pada Jumat pagi, 18 Juli 2025. Berangkat dari Jakarta pukul 07.00 WIB, tim tiba di lokasi sekitar pukul 09.00 WIB dan disambut oleh Yongki, pengelola vila yang juga menjadi saksi langsung saat kejadian.

Villa Sudah Diperbaiki, Luka Batin Belum Pulih


Kerusakan fisik seperti gazebo roboh, kaca jendela pecah, dan pot-pot tanaman yang dihancurkan telah diperbaiki. Namun, menurut Yusuf, yang lebih memprihatinkan adalah luka psikologis yang belum tersembuhkan, terutama bagi anak-anak peserta retreat. “Kami datang bukan hanya melihat kerusakan bangunan, tetapi ingin memahami dan membawa pulang pesan kemanusiaan,” ujar Yusuf.


Dalam percakapan hangat di ruang tengah vila, Yongki membagikan pengalamannya, meski mengaku bukan pihak berwenang dalam urusan hukum. Ia menjelaskan bahwa bantuan Rp100 juta dari tokoh masyarakat belum disalurkan, masih menunggu situasi kondusif agar tidak memicu kesalahpahaman.

Warga Masih Waspada, Babinsa Tidak Tahu Aksi Penyerangan

Menurut laporan yang diterima tim, Babinsa setempat mengaku tidak mengetahui adanya gerakan massa pada saat kejadian, yang mengindikasikan lemahnya deteksi dini dan pencegahan konflik di tingkat lokal. “Ini menandakan adanya celah koordinasi yang perlu diperbaiki,” terang Yusuf.

Meski demikian, interaksi dengan warga menunjukkan sikap sopan dan terbuka, meskipun dibayangi kewaspadaan tinggi. “Ada semacam ketegangan yang masih terasa di udara,” ujar Albert Muntu, menambahkan.

Seruan untuk Diskusi Nasional dan Reformasi Kebijakan. Yusuf menyampaikan bahwa PEWARNA Indonesia akan menginisiasi Focus Group Discussion (FGD) pasca-kunjungan ini. “Peristiwa Cidahu harus dijadikan pelajaran nasional. Kesetaraan dalam kehidupan berbangsa tak boleh hanya jadi slogan,” tegasnya.

Kunjungan ditutup dengan harapan agar tragedi serupa tak terulang. “Kami akan mendorong diskusi lintas iman, akademisi, tokoh masyarakat, dan pemerintah agar trauma ini bisa dikonversi menjadi kebijakan yang melindungi semua warga negara,” ujar Yusuf sebelum kembali ke Jakarta pukul 14.00 WIB.

Cecilia Sianawaty: Cabut Perber 2006 Demi Keadilan Beragama

Menanggapi peristiwa ini, Cecilia Sianawaty, SH, praktisi hukum dan Ketua Umum Indonesia Berdoa, menegaskan bahwa persekusi terhadap umat beragama bertentangan dengan Pasal 29 UUD 1945 yang menjamin kebebasan beragama.

Ia menyoroti bahwa Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (Perber) No. 9 dan 8 Tahun 2006 kerap digunakan sebagai dasar pelarangan ibadah dan pembangunan rumah ibadah umat Kristen. "Perber ini telah menyimpang dari semangat konstitusi dan harus dicabut," ujar Cecilia, yang juga menyerukan Presiden Prabowo Subianto untuk mengambil tindakan tegas demi kerukunan nasional.


Reporter : Suwidodo

© Copyright 2022 - metroglobalnews.id